Segala puji hanyalah milik Alloh. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah, keluarga dan sahabat beliau. Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq untuk disembah kecuali hanya Alloh semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan Saya juga bersaksi bahwa
Muhammad itu adalah hamba dan utusan Alloh –semoga Alloh senantiasa melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau, keluarga dan sahabat beliau. Amma Ba’du : Ibnu Mâjah, Ibnu ‘Asâkir dan al-Fasawî meriwayatkan di dalam Târikh-nya, dan al-Baihaqî di dalam asy-Syu’ab dan hadits ini dinilai valid (shahîh) oleh al-‘Albânî –semoga Alloh merahmatinya- bahwa Rasulullah ‘alaihi ash-
Sholâtu was Salâm pernah ditanya : “Manusia bagaimanakah yang paling utama (afdhal)?”
Beliau menjawab : “Manusia yang paling utama adalah yang memiliki hati yang bersih dan
lisan yang jujur.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, adapun lisan yang jujur kami telah mengetahuinya. Akan tetapi, apakah yang dimaksud dengan orang yang memiliki hati yang bersih?”
Beliau menjawab : “Dia adalah hati yang putih lagi murni, tidak ternodai oleh dosa, aniaya,
dendam dan dengki.”
Hadits ini menjelaskan kepada kita akan keutamaan (afdhalîyah) yang ada pada orang-orang beriman. Yaitu siapa saja yang hatinya bersih dari rasa dendam dan dengki terhadap saudaranya, maka ia berada di atas kebaikan yang besar dan berada di atas keutamaan.
Kita butuh untuk memeriksa apa yang ada di dalam hati kita, karena syaithan akan tetap berupaya melancarkan adu domba dan menyebarkan fitnah diantara manusia. Kadang kala seseorang itu dalam keadaan lemah, yang acapkali terjadi antara dirinya dengan saudaranya permusuhan, percekcokan dan perselisihan kemudian ia tidak menjaga hatinya agar tidak dijangkiti penyakit (hati). Akhirnya muncullah di dalam hatinya sejumlah penyakit yang seseorang butuh agar hatinya terbebas dari penyakit-penyakit tersebut.
Sebagaimana telah kalian ketahui, bahwa seseorang dapat ditimpa ujian (penyakit) dan jatuh ke dalam perkara-perkara seperti ini. Setiap dari kita perlu untuk menjaga dan memelihara hatinya, yaitu dengan tetap melanggengkan hatinya diisi dan dipenuhi dengan dzikir (mengingat) Alloh, merasa takut kepada-Nya dan merasa senantiasa diawasi oleh Alloh (murôqobatullâh). Demikian pula ia harus berupaya melanggengkan hatinya agar senantiasa diisi dengan rasa persaudaraan terhadap saudaranya seiman, yaitu persaudaraan yang dibangun di atas rasa cinta kasih dan penghormatan, di atas cinta kebaikan, saling menasehati (tanâshuh) dan saling bekerja sama (ta’âwun) di dalam kebajikan, dan lain sebagainya dari perkara-perkara yang dituntut oleh syariat. Kita semua dituntut untuk melihat apa-apa yang berkaitan dengan hati kita, karena kita adalah manusia biasa, yang apa saja bisa masuk ke dalam hati kita.
Setiap orang perlu untuk menjaga hatinya secara ekstra, terutama di saat adanya sebagian perkara yang dengannya syaithan hendak melancarkan aktivitas adu dombanya. Ketahuilah, sungguh amat urgen bagi kita untuk mengetahui bagaimana metoda kaum salaf (dalam hal ini). Ada sebuah riwayat dari al-Bukhârî secara mu’allaq (sanadnya tergantung) 4 dan dari Ibnu Nashr al-Marwazî dan al-Lâlikâ`î dengan sanad (jalur periwayatan) yang shahîh, bahwa
‘Abdullâh bin ‘Aun al-Bashrî –semoga Alloh merahmatinya- berkata : “Saya senang apabila ada tiga hal pada diri Saya dan Saya juga senang apabila juga ada pada saudara-saudara Saya, yaitu Saya senang apabila mereka mempelajari al-Qur`ân ini dan mengamalkan isinya, dan Saya juga
senang apabila mereka mau mengamalkan sunnah ini dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mengimplementasikannya.”
Beliau melanjutkan : Saya juga senang apabila mereka meninggalkan manusia kecuali hanya
Maksudnya yaitu, meninggalkan menyebut orang lain kecuali di dalam perkara yang baik. Di dalam riwayat lain juga dari beliau (‘Abdullâh bin ‘Aun) dengan lafal : “Menyebut Alloh adalah obat sedangkan menyebut manusia adalah penyakit”.
Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam “az-Zuhd” dan Hanâd bin as-Sarrî juga di dalam “az-Zuhd”, dari ‘Umar bin al-Khaththâb –semoga Alloh meridhainya- bahwa beliau berkata :
“Hendaknya kalian berdzikir menyebut Alloh karena sesungguhnya ia adalah obat dan jauhilah oleh kalian menyebut manusia karena ia adalah penyakit.” Atsar ini pada sanadnya ada yang terputus (inqitha’) namun maknanya shahîh.
Diriwayatkan oleh al-Khathîb dengan sanad yang hasan di dalam “al- Kifâyah” bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada asy-Sya’bî : “Maukah Anda saya ceritakan sesuatu?”. Asy-Sya’bî menjawab, “Apakah tentang orang yang masih hidup ataukah orang yang telah mati?”. Orang itu
menjawab, “Tentang orang yang masih hidup.” Asy-Sya’bî menjawab, “Tidak usah engkau ceritakan kepada Saya.”
Ada pula sebuah riwayat dari Ibnu Hibbân dan Abû Nu’aim di dalam “al- Hilyah” –serta dari selain mereka- bahwa Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa
Sallam bersabda : “Ada salah seorang diantara kalian yang bisa melihat debu di mata saudaranya namun ia lupa akan batang yang ada di pelupuk matanya.” Hadits ini dinilai valid oleh al-Albânî –semoga Alloh merahmatinya-. Hadits ini, mengajak kita untuk mengakui akan aib-aib kita.
Terkadang Anda melihat ada sebuah aib atau lebih pada saudara Anda, kemudian Anda merasa bahwa Anda lebih baik darinya! Akan tetapi, jika Anda mau memeriksa lebih lanjut, niscaya Anda dapati bahwa Anda memiliki begitu banyak aib. Seringkali Anda dapati bahwa aib Anda lebih banyak daripada
aibnya. Karena itu, tidak selayaknya kita lalai dari aib-aib kita sendiri, karena setiap dari kita pasti memiliki aib. Setiap diri kita pasti mempunyai aib, jadi jangan sampai kita lalai dari hal ini. Yang dikehendaki oleh syaithan dari diri kita adalah, agar kita saling menyibukkan diri antar sesama kita, agar kita saling memperbincangkan satu dengan lainnya, dan agar kita saling merendahkan diantara kita, sehingga ia mampu merusak persaudaraan di antara kita. Semoga Alloh merahmati seseorang yang mau membenahi jiwanya.
Demikianlah saudaraku semoga Allah Melindungi kita dari berbagai penyakit hati dan Allah senantiasa menjaga kita dari berbagai perbuatan keji dan munkar. amiin ya rabbal alamin.
Sumber : Mutiara Nasehat Syaikh Muhammad Al-Imam
>>>Artikel Ini Bermanfaat!! Bantu Like, comen and Share untuk saudara saudara kita lainnya.
No comments:
Post a Comment